Santri dari Indramayu, Manha Sabina Zahwa, masuk ke Darul Hikam Mojokerto atas keinginan sendiri sejak lulus SD. Hal ini cukup menarik, karena umumnya santri mondok atas dorongan orang tua.
Sabina merasa ia cocok dengan iklim pendidikan di pesantren tahfidz karena dirinya lebih menyukai pembelajaran berbasis hafalan, bukan analitik. Di sinilah pada akhirnya segalanya berjalan lancar.
Kemampuan menghafal santri kelahiran 2007 Desember ini cukup bagus, satu hari bisa menghafal satu kaca. Hingga wawancara dilakukan sudah memiliki 7 juz hafalan Al Quran yang murni dihafal di Pesantren Darul Hikam.
Ia pun menetapkan target pribadi, “Saya harus khatam 30 juz dalam waktu 2.5 tahun ke depan. Saya ingin membanggakan orang tua.”
Baginya hal itu sangat mungkin karena beberapa hal. Pertama waktu yang tersedia di Pesantren Darul Hikam sepenuhnya untuk menghafal Al Quran, “Kami sangat fokus.”
Kedua semangat menghafal meningkat setiap hari karena melihat teman-teman sudah memiliki hafalan yang lebih tinggi. “Kalau tidak nambah hafalan merasa minder sendiri.”
Ketiga santri yang mondok masih belum terlalu banyak, hanya ratusan, “Saya bersama teman-teman sudah seperti keluarga sendiri.”
Bahkan kalau makan harus bersama-sama, jika ada yang belum berangkat ke dapur akan ditunggu oleh teman satu kelas atau satu kamar.